Pulau ini dibandingkan dengan pulau lain yang ada di Kabupaten Bangka Tengah lebih panjang 6 KM terletak di Kecamatan Sungai Selan antara pulau Bangka dan Pulau Sumatera. Pulau Nangka ini dihuni oleh 70 kepala Keluarga, dengan panorama pasir putih dan bebatuan yang indah juga banyaknya burung- burung yang beraneka ragam, bagi yang ingin berkunjung bias mengunakan perahu atau spetboat dari desa Sungai Selan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam atau lewat Dusun Tanjung Tedung Kecamatan Sungai Selan 20 Menit mengunakan perahu atau spetboat.
Dusun Pulau Nangka Desa Tanjung Tedung Kecamatan Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah tahun ini bakal mendapat bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bangka Tengah.
Bantuan PLTS tersebut memiliki kapasitas 3.000 watt untuk memenuhi kebutuhan penerangan 77 KK warga setempat. Diharapkan dengan adanya bantuan tersebut Pulau Nangka tahun ini dapat terang benderang pada malam hari.
Camat Sungaiselan, Masagus Imron kepada harian ini mengungkapkan untuk PLTS tersebut diperkirakan akhir tahun 2009 ini sudah dapat dinikmati warga Pulau Nangka.
"Kita perkirakan sebelum puasa tahun ini Pulau Nangka sudah terang benderang. Kita berharap masyarakat setempat dapat memelihara PLTS bantuan tersebut dengan sebaikbaiknya karena untuk bantuan ini masyarakat setempatlah yang selanjutnya akan mengelolahnya," ungkap Masagus Imron, Rabu (15/4).
Menurutnya hingga saat ini di Kecamatan Sungaiselan baru sekitar 70 persen warga yang menikmati listrik dari PLN. Sedangkan sekitar 30 persen warga lainnya masih mengandalkan penerangan dari genset dan mesin diesel.
"Seperti Desa Kerakas, Tanjung Tedung, Kemingking dan Kerantai itu hingga saat ini masih mengandalkan penerangan dari diesel dan genset," jelas Masagus Imron.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi warga Kecamatan Sungaiselan berdasarkan catatan harian ini dari tahun 2006, mendapatkan bantuan PLTS ini dari pemerintah Provinsi Babel.
Bantuan dari Pemrov babel tersebut diberikan untuk warga Desa Munggu sebanyak tiga unit PLTS.
Sementara untuk tiga dusun terpencil yaitu Dusun Pulau Nangka, Tanjung Tedung dan Pangkalraya pada saat masih bergabung dengan Kabupaten Bangka Induk pada tahun 1995 lalu pernah mendapatkan ?Xbantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Di Pulau Nangka ini anda bisa menyewa perahu untuk menyalurkan hobi memancing anda. Ikan diperairan sungaiselan ini terkenal dengan rasanya yang gurih. Selamat rekreasi saja buat sobat-sobat cyberbangka.
sumber : cyberbangka
pulau nangka
Pulau ini terletak di antara pulau bangka dengan pulau sumatra,dihuni sekitar 100KK lebih.Pulau ini masih sangat alami dan memiliki pantai yang sangat indah
Rabu, 02 Juni 2010
Masjid Al-Mujahidin Pulau nangka di resmikan gubernur
Pembangunan masjid Al-mujahidin Pulau Nangka yang menelan dana sebesar RP. 80.000.000, diresmikan Oleh Gubernur prov.Bangka Belitung Ir . H. Eko Maulana Ali kemarin , minggu 21 Maret 2010. Peresmian Masjid Al-Mujahidin ini di tandai dengan pemukulan beduk. Masjid ini bisa terbangun dikarenakan baiknya tali silaturrahim yang terbangun diantara masyarakat pulau nangka, sehingga barokah dari Allah SWT bisa turun kedusun pulau Nangka ini, ujar Eko dalam sambutannya, ia juga mengingatkan agar masyarakat dipulau nangka ini jangan saling pendendam karna perbuatan seperti itu hanya akan menghalangi pahala dari Allah SWT, sambil membacakan Firman Allah sebagai dalil ucapannya.
Foto 1 | Foto 2 |
Foto 3 | Foto 4 |
Selain itu Gubernur juga mengatakan bahwa terbangun nya masjid ini menunjukkan masyarakat disini sudah sadar bagaimana membangun sebuah Negara yang kuat. Dalam membangun Sebuah Negara Ada 4 (empat) komponen yang harus bersatu.
Komponen pembangunan disini harus kompak ,mulai dari ulama ,pemerintah, pengusaha dan masyrakat, kalau kompak maka ridho Allah pasti akan didapat, tapi kalau bercerai berai apalagi memutuskan tali silatur rahim, maka malapetaka, bala dan bencana justru yang akan didapat masyarakat didusun pulau nangka ini.
Oleh karena itu masjid ini harus dimakmurkan , jadikan masjid ini selain tempat untuk beribadah juga sebagai tempat untuk pendidikan dalam mencerdaskan umat, kegiatan sosial kemasayarakatan, dan juga tempat untuk bermusyawarah dalam menyusun rencana pembangunan dusun ini, mulailah dari masjid ini sebagai sarana untuk mempersatukan komponen pembangunan tersebut , harap Gubernur dalam tausiah nya dihadapan ratusan masyarakat dusun pulau nangka.
Sementara itu Kadus pulau nangka Ishar dalam sambutannya mengatakan bahwa mereka seakan bermimpi kedatangan pemimpin tertinggi di Provinsi ini. Kami menyadari bagaimana sibuk dan padatnya acara bapak Gubernur, tapi ditengah kesibukan itu Bapak Gubernur masih mau menyempatkan diri datang kedusun kami yang terpencil seperti ini. Terus terang saja selama ini para pejabat jarang sekali mau ber kunjung kedusun kami ini, karena mungkin dianggap tidak begitu penting , ujar ishar.
Foto 5 | Foto 6 |
Oleh karena itu kami sangat bersyukur kepada Allah atas kunjungan bapak kedusun kami yang memang telah lama di idam-idamkan masyarakat kami.
Agar masyarakat tidak kecewa kami mohon bapak Gubernur dapat memberikan ceramah agama dan tausiah agar masyarakat dusun pulau nangka bisa tercerahkan ,pinta pak kadus.
Hadir dalam acara tersebut, Wakil Bupati Bangka tengah Erzaldi Rosman johan, Kadis Kesbang Linmas, Kadis pertambangan & energi, Kadis Kesehatan, Kadis Pora, Kadis Diknas, Karo Hukum dan Sekretaris Diskominfo, H. Marwan S.Ag, serta tokoh Masyarakat sungai selan yang ikut dalam robongan.. Setelah peresmian masjid, acara dilanjutkan dengan pembacaan yasin di Makam Kiay Jakfar Sidik. (Marwan)
sumber:babelprov.go.id
Bangkai Kapal di Perairan Pulau Nangka
Pangkal Pinang, - Mercusuar di perairan Bangka Belitung, seperti di Pulau Pelepas, Selat Bangka, merupakan tujuan wisata yang potensial. Tim ekspedisi Sriwijaya mengunjungi mercusuar di Pulau Pelepas yang disebut warga setempat sebagai Pulau Lampu, Kamis (8/10).
Mercusuar tersebut dibangun pada zaman kolonial Belanda, tetapi belum diketahui tahun pembuatannya. Di atas pintu masuk ke mercusuar terdapat plakat besi yang menjelaskan mercusuar tersebut dipugar pada tahun 1893. Mercusuar itu memiliki tinggi sekitar 50 meter.
Tim ekspedisi Sriwijaya mendatangi mercusuar dengan menumpang kapal nelayan dari Dermaga Tanjung Tedung, Kabupaten Bangka Tengah. Perjalanan dengan menggunakan kapal nelayan memakan waktu sekitar 30 menit. Pulau Pelepas hanya ditunggui empat petugas penjaga mercusuar karena pulau kecil tersebut tidak berpenghuni.
Dari puncak mercusuar, pengunjung bisa melihat ke arah Selat Bangka dan memandang Pulau Bangka di kejauhan. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan indah berupa laut berwarna biru kehijauan dan deretan pulau-pulau berpasir putih.
Menurut Soleh, petugas penjaga mercusuar, di perairan Bangka Belitung ada tiga mercu- suar yang semuanya dibangun pada zaman Belanda, yaitu di Pulau Lampu, Pulau Pelepas, dan Pulau Dapur. Ketiga mercusuar tersebut ada penjaganya. ”Pulau ini hanya ramai saat Lebaran, banyak wisatawan lokal datang ke sini. Akan tetapi, setiap hari banyak nelayan yang beristirahat di sekitar pulau,” kata Soleh.
Soleh mengungkapkan, mercusuar di Pulau Pelepas sudah 2 tahun memakai tenaga surya untuk menghidupkan lampu suar. Sebelumnya, mercusuar tersebut menggunakan tenaga genset untuk menghidupkan lampu suar.
”Jangkauan lampu suar mencapai 16 mil atau sekitar 30 kilometer. Dulu mercusuar sangat bermanfaat untuk membantu pelaut menentukan arah, tetapi sekarang dengan adanya GPS (global positioning system) dan radar, fungsi mercusuar semakin berkurang,” kata Soleh.
Jalur perdagangan Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengutarakan, banyaknya mercusuar yang dibangun Belanda di perairan Selat Bangka menunjukkan ramainya jalur pelayaran di perairan tersebut. Jalur itu sudah ratusan tahun merupakan jalur pelayaran yang ramai.
Pada masa kolonial Belanda, mercusuar dijadikan pedoman para pelaut, sedangkan pada zaman Sriwijaya memakai tanda-tanda alam yang ada di Pulau Bangka, seperti Bukit Menumbing dan tanda-tanda alam, seperti hutan bakau di pantai timur Sumatera.
”Belanda masuk ke Bangka Belitung karena timah. Timah memang komoditas yang penting pada abad ke-19 sehingga Belanda mendirikan banyak benteng di pesisir Bangka. Oleh karena transportasi perdagangan timah ramai, Belanda membangun mercusuar,” kata Nurhadi.
Mengenai potensi mercusuar di Bangka Belitung sebagai wisata arkeologi, Nurhadi menuturkan, wisata arkeologi tidak bisa berdiri sendiri.
Bangkai kapal Tim ekspedisi Sriwijaya berhasil menemukan dan mendokumentasikan bangkai kapal yang tenggelam di perairan Pulau Nangka, Selat Bangka. Kapal yang tenggelam di kedalaman sekitar 17 meter tersebut bisa menjadi obyek wisata yang menarik di Selat Bangka.
Kepala Seksi Kerja Sama Direktorat Peninggalan Bawah Air Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Yudi Wahyudin mengungkapkan, kapal itu diduga tenggelam karena terkena torpedo. Namun, karena hambatan arus yang kuat dan rendahnya jarak pandang (visibilitas) di dalam laut yang hanya 1 meter, tim ekspedisi belum berhasil mengidentifikasi bangkai kapal tersebut secara lengkap.
Menurut Yudi, koordinat bangkai kapal tersebut adalah 02 derajat 22’45.6” Lintang Selatan dan 105 derajat 43’31.5” Bujur Timur. Kapal memiliki panjang 70 meter. Kondisi bangkai kapal telah ditutupi karang dan menjadi rumah yang disukai ikan-ikan.
”Kondisi bangkai kapal relatif utuh, tidak banyak bagian kapal yang hilang. Menurut para nelayan, jarang ada orang yang mengambil besi tua dari bangkai kapal tersebut. Para nelayan hanya mengambil ikan di sekitar lokasi,” ujarnya.
sumber : arkeologi
Mercusuar tersebut dibangun pada zaman kolonial Belanda, tetapi belum diketahui tahun pembuatannya. Di atas pintu masuk ke mercusuar terdapat plakat besi yang menjelaskan mercusuar tersebut dipugar pada tahun 1893. Mercusuar itu memiliki tinggi sekitar 50 meter.
Tim ekspedisi Sriwijaya mendatangi mercusuar dengan menumpang kapal nelayan dari Dermaga Tanjung Tedung, Kabupaten Bangka Tengah. Perjalanan dengan menggunakan kapal nelayan memakan waktu sekitar 30 menit. Pulau Pelepas hanya ditunggui empat petugas penjaga mercusuar karena pulau kecil tersebut tidak berpenghuni.
Dari puncak mercusuar, pengunjung bisa melihat ke arah Selat Bangka dan memandang Pulau Bangka di kejauhan. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan indah berupa laut berwarna biru kehijauan dan deretan pulau-pulau berpasir putih.
Menurut Soleh, petugas penjaga mercusuar, di perairan Bangka Belitung ada tiga mercu- suar yang semuanya dibangun pada zaman Belanda, yaitu di Pulau Lampu, Pulau Pelepas, dan Pulau Dapur. Ketiga mercusuar tersebut ada penjaganya. ”Pulau ini hanya ramai saat Lebaran, banyak wisatawan lokal datang ke sini. Akan tetapi, setiap hari banyak nelayan yang beristirahat di sekitar pulau,” kata Soleh.
Soleh mengungkapkan, mercusuar di Pulau Pelepas sudah 2 tahun memakai tenaga surya untuk menghidupkan lampu suar. Sebelumnya, mercusuar tersebut menggunakan tenaga genset untuk menghidupkan lampu suar.
”Jangkauan lampu suar mencapai 16 mil atau sekitar 30 kilometer. Dulu mercusuar sangat bermanfaat untuk membantu pelaut menentukan arah, tetapi sekarang dengan adanya GPS (global positioning system) dan radar, fungsi mercusuar semakin berkurang,” kata Soleh.
Jalur perdagangan Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengutarakan, banyaknya mercusuar yang dibangun Belanda di perairan Selat Bangka menunjukkan ramainya jalur pelayaran di perairan tersebut. Jalur itu sudah ratusan tahun merupakan jalur pelayaran yang ramai.
Pada masa kolonial Belanda, mercusuar dijadikan pedoman para pelaut, sedangkan pada zaman Sriwijaya memakai tanda-tanda alam yang ada di Pulau Bangka, seperti Bukit Menumbing dan tanda-tanda alam, seperti hutan bakau di pantai timur Sumatera.
”Belanda masuk ke Bangka Belitung karena timah. Timah memang komoditas yang penting pada abad ke-19 sehingga Belanda mendirikan banyak benteng di pesisir Bangka. Oleh karena transportasi perdagangan timah ramai, Belanda membangun mercusuar,” kata Nurhadi.
Mengenai potensi mercusuar di Bangka Belitung sebagai wisata arkeologi, Nurhadi menuturkan, wisata arkeologi tidak bisa berdiri sendiri.
Bangkai kapal Tim ekspedisi Sriwijaya berhasil menemukan dan mendokumentasikan bangkai kapal yang tenggelam di perairan Pulau Nangka, Selat Bangka. Kapal yang tenggelam di kedalaman sekitar 17 meter tersebut bisa menjadi obyek wisata yang menarik di Selat Bangka.
Kepala Seksi Kerja Sama Direktorat Peninggalan Bawah Air Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Yudi Wahyudin mengungkapkan, kapal itu diduga tenggelam karena terkena torpedo. Namun, karena hambatan arus yang kuat dan rendahnya jarak pandang (visibilitas) di dalam laut yang hanya 1 meter, tim ekspedisi belum berhasil mengidentifikasi bangkai kapal tersebut secara lengkap.
Menurut Yudi, koordinat bangkai kapal tersebut adalah 02 derajat 22’45.6” Lintang Selatan dan 105 derajat 43’31.5” Bujur Timur. Kapal memiliki panjang 70 meter. Kondisi bangkai kapal telah ditutupi karang dan menjadi rumah yang disukai ikan-ikan.
”Kondisi bangkai kapal relatif utuh, tidak banyak bagian kapal yang hilang. Menurut para nelayan, jarang ada orang yang mengambil besi tua dari bangkai kapal tersebut. Para nelayan hanya mengambil ikan di sekitar lokasi,” ujarnya.
sumber : arkeologi
Langganan:
Postingan (Atom)